Bahasa Daerah Yang Terancam Punah
Bahasa Daerah Yang Terancam Punah
Indonesia diberkahi oleh beragam suku, Agama,
dan bahasa. Sayangnya,tidak semua terawatt dengan baik. Sejumlah bahasa daerah semakin dilupakan
seiring terjadinya globalisasi. Beberapa
bahasa daerah bahkan sudah punah karena tak pernah dilestarikan[1].
Menurut data yang disajikan oleh Summer
linguistic[2]. Indonesia memiliki kurang
lebih 746 bahasa daerah. Namun sayangnya, kekayaan bangsa tersebut tidak dirawat dengan
baik, yang menyebabkan kurang lebih dua
puluh lima bahasa di Indonesia berstatus hampir punah, sementara 13 bahasa daerah dinyatakan telah
punah. Dengan jumlah bahasa sebanyak itu,
hanya ada 13 bahasa daerah yang memiliki angka penutur di atas 1 juta
orang.
Bahasa yang berstatus hampir punah tersebut
antara lain, burumakok[3], duriankere, emplawas,kaibobo,
kanum, badi, kayuPulau, Kembra dan kwerisa. Selain itu bahasa yang lengilu, Lolak, Melayu
bacan, Mandar, masep, mlap, morori,Namla, paulohi,Petjo,ratahan, salas,Taje,tobati,
dan woria.
Sementara bahasa yang telah punah
mencapai 13 bahasa daerah, antara lain
Bahasa Hoti, hukumania, hulung,Loun, mapia, moksela,
Naka’ela, Nila, Palumata, Saponi, serua, ternateno dam Teun[4]. Bahasa tersebut
masih ada tapi bukan untuk komunikasi sehari-hari. Penuturnya tidak ada, tapi masih terpakai sebagai bahasa untuk
identitas atau upacara adat.
Ada banyak factor yang menyebabkan punahnya
bahasa-bahasa daerah di Indonesia. Seperti bencana alam, serta dominasi
ekonomi, politik, dan budaya. Factor ekonomi [5], misalnya seperti kemiskinan
yang terjadi di pedesaan yang memicu terjadinya urbanisasi.ketika sampai kota,
mereka akhirnya melupakan bahasa daerah, dan lebih banyak menggunakan bahasa
yang umum digunakan di kota tujuan. Selain itu,factor dominasi budaya oleh
masyarakat mayoritas juga berpengaruh, seperti bahasa mayoritas dan bahasa Negara
di dalam kependidikan dan kepustakaan[6] yang mengakibatkan terpinggirnya bahasa
daerah.faktor politik juga dinilai menjadi pemicu, misalnya kebijakan
pendidikan yang mengabaikan bahasa daerah, serta kurangnya pengakuan atau
larangan terhadap penggunaan bahasa minoritas dalam kehidupan masyarakat. Factor
sikap juga dinilai berpengaruh.
Penelitian terhadap bahasa daerah membantu
kita untuk mengenali sosok budaya kita. Bahasa-bahasa yang tergolong berpotensi
terancam punah perlu memperoleh perhatian khusus sebelum benar-benar menghilang
dari kehidupan berbangsa kita.
Pemerintah dalam hal ini perlu memberikan
perhatian khusus pada fasilitas[7] pembelajaran bahasa daerah secara umum sesuai
dengan wilayah masing-masing yang ditempati para penutur bahasa daerah. Sekolah-sekolah
dalam hal ini bias lebih didayagunakan sebagai fasilitas berbahasa daerah yang
baik. Karena sejatinya kita disatukan lewat bahasa Indonesia dan berbahagia
karena memiliki budaya bahasa daerah yang turut indah dan keragaman dan
jenisnya[8]
0 Response to "Bahasa Daerah Yang Terancam Punah"
Post a Comment