Mengenal Sejarah Perjuangan Raden Mas Said


Perjuangan Raden Mas Said
Perjuangan R. M Said dimulai bersamaan dengan pemberontakan lascar Tioghoa di Kartasura pada tanggal 30 Juni 1742 dipimpin oleh Raden Mas Garendi[1] (juga disebut Sunan Kuning ). Pakubuwana II sebagai Raja Mataram Ketika itu, Melarikan diri Ke Ponorogo. Ketika itu,  R.M. Said berumur 19 tahun. Dia bergabung bersama-sama untuk menuntut keadilan dan kebenaran atas harkat dan martabat orang-orang Tionghoa dan rakyat Mataram, yang ketika itu tertindas oleh kompeni Belanda (VOC) dan rajanya sendiri Pakubuwana II. Geger Pecinan ini berawal dari pemberontakan orang-orang Cina terhadap VOC di Batavia . Mereka Menggempur Kartasura[2] yang dianggap sebagai Kerajaan boneka dari Belanda.
Sejak Pasukan Cina mengepung Kartasura pada awal 1741, Para bangsawan mulai meninggalkan Keraton Kartasura. R.M. Said membangun pertahanan di Randulawang . Ia bergabung dengan Laskar Sunan Kuning melawan VOC. R.M. Said diangkat sebagai panglima perang bergelar Pangeran Prangwedana Pamot Besur[3]. Ia Menikah dengan Raden ayu Kusuma Patahati. Enam bulan Kemudian, Pakubuwana II kembali ke kartasura menemukan istananya rusak. Ia memindahkan Istana Mataram ke Solo (Surakarta). Kebijakan raja meminta bantuan asing itu ternyata harus dibayar mahal. Wilayah pantai utara mulai Rembang , Jawa Tengah hingga pasuruan, Surabaya dan Madura di Jawa Timur harus diserahkan kepda VOC.

Pangeran mangkubumi akhirnya kembali ke keratin. Pangeran Mangkubumi lalu bergabumg dengan mangkunegara yang bergerilya melawan Belanda di Pedalaman Yogyakarta. Magkunegara dalam Usia 22 Tahun dinikahkan untuk kedua kalinya dengan Raden Ayu Inten, Putri Mangkubumi. Sejak Saat itulah, R.M. Said memakai gelar Pangeran Adipati Mangkunegara Senopati Panoto Baris Lelono Adikareng Noto[4]Ketika  R.M. Said Masih berusia dua tahun, Arya Mangkunegara ditangkap karena melawan kekuasan Amangkurat IV (Paku Buwono I) yang dilindungi VOC dan akibat fitnah keji dari Patih Danureja. Mungkin karena itulah, R.M. Said berjaung mati-matian melawan Belanda Ketika berda di Pedalaman Yogyakarta ia mendengar kabar bahwa Pakubuwana II Raja Mataram. Mangkubumi naik tahta di Mataram Yogyakarta dengan gelar Kanjeng Susuhunan Pakubuwono Senopati Ngaloka Abdurrahman Sayidin panotogomo[5]. Penobatan ini terjadi pada tahun Alip 1675 (Jawa) atau 1749 Masehi. Mangkunegara diangkat sebagai patih (perdana menteri) sekaligus panglima perang dan istrinnya, raden ayu Inten, diganti namanya menjadi Kanjeng Ratu Bandoro[6]. Pada Upacara penobatan itu, Mangkunegara berdiri disamping Mangkubumi. Dengan suara lantang ia berseru , “Wahai kalian para bupati dan prajurit, sekarang aku hendak mengangkat Ayah Pangeran Mangkubumi menjadi Raja Yoga Mataram. Setelah Selama Sembilan tahun berjuang bersama melawan kekuasaan Mataram dan VOC, Mangkubumi dan Mangkunegara berselisih paham.Pangkal konflik bermuladari wafatnya Pakubuwana II[7]. Raja menyerahkan takhta Mataram kepada belanda. Pangeran Adipati Anom, putra Mahkota Pakubuwana II dinobatkan sebagai Raja Mataram oleh Belanda dengan Gelar Pakubuwana III pada akhir 1749.

R.M. Said berperang sepanjang 16 tahun melawan kekuasaan Mataram dan Belanda. Selama tahun 1741-1742, ia memimpin Laskar Tionghoa melawan Belanda . kemudian bergabung dengan pangeran Mangkubumi selama Sembilan tahun melawan Mataram dan Belanda pada tahun 1743-1752. Perjanjian Giyanti pada tanggal 13 februari 1755, sebagai hasil rekayasa Belanda berhasil membelah bumi Mataram menjadi dua, Surakarta dan Yogyakarta. Perjanjian tersebut merupakan perjanjian yag sangat ditentang oleh R.M. Said karena bersifat memcah belah rakyat Mataram. Selama kurun Waktu 16 tahun, pasukan mangkunegara melakukan pertempuran sebanyak 250 kali. Dalam membina kesatuan bata tentaranya, R.M. Said memiliki moto tiji tibeh[8], yang merupakan kependekan dari “Mati siji, mati kabeh; mukti siji, mukti kabeh[9](Gugur satu, gugur semua; sejahtera satu , sejahtera semua). Dengan motto ini, rasa kebersamaan pasukannya terjaga. Tiga pertempuran dahsyat terjadi pada periode tahun 1752-1757. Ia dikenal sebagai Panglima perang yang berhasil membina pasukan yang militant. Dari sinilah , ia dijuluki Pangeran Sambernyawa karena dianggap oelh musuh-musuhnya sebagai penyebar maut.

Pertama, pasukan R.M. Said bertempur melawan pasukan Mangkubumi (sultan Hamengkubuwana I) d Desa Kesatriyan, barat daya Kota Ponorogo, Jawa Timur . Perang itu terjadi pada hari jumat Kliwon, tanggal 16 Syawal tahun je 1678 (Jawa)atau 1752 Masehi. Desa Kesatriyan merupakan benteng pertahanan R.M. Said stelah berhasil menguasai daerah madiun , Magetan dan Ponorogo. Kedua , Mangkunegara bertempur melawan dua detasemen VOC dengan komandan Kapten Van der Pol dan Kapten Beiman di sebelah selatan negeri Rembang, tepatnya di hutan Sitakepyak[10]. Sultan mengirim pasukan dalam jumlah besar untuk menghancurkan pertahanan Mangkunegara . Besarnya pasukan Sultan itu dilukiskan Mangkunegara itu kecil, ia dapat memukul mundur musuhnya ia mengklaim Cuma kehilangan 3 prajurit tewas dan 29 menderita luka . Dipihak lawan, sekitar 600 prajurit tewas.

Ketiga, penyerbuan Benteng Vredeburg Belanda dan keratn Yoga – Mataram . peristiwa itu dipicu oleh kekalutan tentara VOC yang mengejar mangkunegara sambil membakar dan menjarah harta benda penduduk desa. Mangkunegara murka, kemudian ia balik menyerang psukan VOC dan mataram. Setelah memancung kepala patih Mataram , Joyosudirgo[11], secara diam-diam mangkunegara membawa pasukan mendekat ke keratin Yogyakarta.Benteng VOC , Yang letaknya Cuma bebrepa puluh meter dari Keratpn Yogyakarta , diserang . Lima tentara VOC tewas, ratusan lainnya melarikan diri ke keratin Yogyakarta selanjutnya pasukan Mangkunegara menyerang Keraton Yogyakarta. Pertempuran ini berlangsung sehari penuh Mangkunegara baru menarik mundur pasukannya menjelang malam.serbuan Mangkunegara ke keratin Yogyakarta mengundang amarah sultan Hamengku Buwono I. Ia menawarkan hadiah 500 real dan kedudukan sebagai bupati kepda siapa saja yang dpat menangkap mengkunegara . Sultan gagal mengankap Mangkunegara yang masih keponakan dan juga menantunyya itu. VOC yang tiak berhasil membujuk Mangkunegara ke meja perundingan menjanjikan hadiah 1000 real bagi semua yang dapat membunuh mangkunegara[12].


0 Response to "Mengenal Sejarah Perjuangan Raden Mas Said"

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel